TIMORDAILYNEWS.COM – Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) diminta untuk tidak memilih calon pemimpin yang doyan menggunakan isu Suku, Agama, Ras dan Angtar Golongan (SARA) dalam momentum pilkada.
Anggota DPR RI asal NTT dari Fraksi PAN, Ahmad Yohan (AYO) mengatakan itu ketika trampil berorasi dalam acara deklarasi akbar calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma (MELKI-JOHNI) di Lapangan Pancasila Ende, Jumat (20/9/2024).
Ketua DPW PAN NTT itu mengajak masyarakat NTT untuk mempertimbangkan pilihan bagi calon pemimpin yang suka bagi-bagi uang dan gunakan isu primordial.
“Ini istilahnya tidak mengerti tentang demokrasi. Yang masih pakai isu agama, yang masih bagi-bagi duit orang begini tidak mengerti apa itu pilkada, apa itu demokrasi,” tegas Ahmad Yohan di hadapan belasan ribuan warga Ende.
Menurut politisi yang akrab disapa Bang Ayo itu, politisi yang gemar membagikan uang ke pemilih dan memakai isu SARA, tidak punya gagasan untuk membangun NTT. “Akhirnya bagi-bagi uang dan menggunakan isu primordial untuk menaikan popularitasnya,” katanya.
Ahmad Yohan menyebut MELKI-JOHNI merupakan pasangan ideal yang memiliki visi besar untuk mengatasi berbagai persoalan atau masalah seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan hingga korupsi di NTT.
Menurut Ahmad Yohan, empat persoalan mendasar itu yang kemudian membuat Nusa Tenggara Timur dianggap sebagai provinsi tertinggal dan masuk kategori tiga provinsi termiskin ketiga di Indonesia.
MELKI-JOHNI, kata dia, tidak sekedar ingin menang dalam kontestasi Pilgub, tetapi lebih dari itu mereka memiliki komitmen untuk mengatasi masalah-masalah krusial yang selama ini menghantui Provinsi Nusa Tenggara Timur. “Kita harus menang melawan kemiskinan, kebodohan, kesehatan yang buruk, dan korupsi yang merajalela,” ujar Ahmad Yohan.
Sehingga, menurutnya, yel yel Ayo Bangun NTT dari pasangan MELKI-JOHNI bukan sekedar slogan biasa, tetapi mereka ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat berkolaborasi bangun NTT. “Jadi bukan asal yel yel atau asal bunyi biar rame. Tetapi MELKI-JOHNI mau ajak kita semua terlibat untuk bangun NTT. Artinya masa depan NTT bukan hanya di tangan mereka, tetapi tergantung kita semua rakyat. Karena satu suara kita menentukan lima tahun pembangunan kampung kita ini,” jelasnya.
Dalam pidatonya, Ahmad Yohan menegaskan Melki Laka Lena sebenarnya sudah nyaman sebagai Anggota DPR RI dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar. Tetapi dia justru meninggalkan kenyamanannya di Jakarta dan mau kembali untuk mengurus NTT.
“Pak Melki ini sudah nyaman di Jakarta. Beliau ini Anggota DPR RI dan Wakil Ketua Umum DPP Golkar. Pak Melki ini hanya diam-diam saja juga akan jadi menteri di kabinet Prabowo. Tetapi ia memilih pulang kampung untuk atasi persoalan mendesak di NTT,” terangnya.
Demikian Johni Asadoma, mantan anggota Polri yang dianggap sebagai figur tepat untuk mendampingi Melki Laka Lena demi mengatasi berbagai persoalan termasuk korupsi di Nusa Tenggara Timur. “Kehadiran pak Melki dan pak Johni ini kombinasi yang tepat. Mereka paket ideal. Melki adalah aktivis yang siap rela berjuang untuk NTT, sementara Johni Asadoma adalah mantan anggota Polri yang siap menindak tegas para koruptor,” terangnya.
Pemimpin seperti MELKI-JOHNI, kata Ahmad Yohan, sangat dibutukan, agar kedepan masyarakat memiliki gubernur dan wakil gubernur yang bisa menjaga martabat Provisnsi NTT agar tidak dihina, dinista dan dianggap remeh oleh daerah lain. “Jadi kita ini butuh pemimpin seperti MELKI-JOHNI untuk bangun NTT. Karena Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih Prabowo Subianto kenal baik sama pak Melki dan pak Johni,” terangnya.
Ahmad Yohan juga mengapresiasi perjuangan Melki Laka Lena dalam membangun infrastruktur kesehatan di Provinsi NTT, termasuk mendorong pembangunan RSUP dr. Ben Mboi di Kota Kupang dan sejumlah rumah sakit pratama lainnya di NTT. “Bahkan pak Jokowi berterima kasih untuk pak Melki, karena menghadirkan RSUP Ben Mboi di Kota Kupang, dan sejumlah RS Pratama lain di NTT, karena pak Melki ini tahu bahwa ada persoalan di NTT yang dia mau ambil bagian. Tetapi kalau cuma DPR RI, kewenangannya masih kecil,” jelasnya.
Sehingga, tambah Ahmad Yohan, saat ini Melki Laka Lena mau merelakan dirinya untuk NTT, meski dia berpeluang menjadi menteri di kabinet Prabowo. Tetapi dia memilih pulang kampung bersama Johni Asadoma dengan membawa visi besar, yakni ingin membangun NTT. “Jadi pak Melki dan pak Johni maju di Pilgub NTT ini bukan karena mau jabatanya. Tetapi karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap masa depan dan citra kita orang NTT,” tandasnya.*/timMJ