TIMORDAILYNEWS.COM – Tekad Bupati Belu, dokter Agus Taolin untuk mewujudkan visi Masyarakat Belu yang sehat, berkarakter dan kompetitif tidak main-main.
Berbagai gebrakan dilakukan guna mendukung program kesehatan gratis di awal kepemimpinannya bersama doktor Alo Haleserens.
Salah satu gebrakan yang kini dilakukannya adalah mendatangkan profesor dari Jepang dan dari China bersama tim untuk melakukan penelitian di Rai Belu yakni penelitian terhadap bakteri pada lambung (Helicobacter Pylori) yang menyebabkan kanker lambung.
Profesor dari Jepang dan China itu menggandeng profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan tim peneliti dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya akan melakukan penelitian terhadap lambung orang timor khususnya di Kabupaten Belu selama 10 hari ke depan terpusat di RSUD MGR. Gabriel Manek Atambua.
Direktur RSUD MGR. Gabriel Manek, drg. Ansila Eka Mutty kepada wartawan di Kebun Percontohan Motabuik, Senin 10 Juli 2023 menjelaskan, tim peneliti yang akan meneliti lambung orang Timor di Kabupaten Belu ini antara lain, Prof. DR, dr, H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Berikutnya, dr. Muhammad Miftahussurur, M.kes, SpPD-KGEH, Ph.D yang merupakan Wakil Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya sekaligus Ketua Tim Helicobacter Pylori and Microbiota Study Group.
Dr. Irine Normalina, S.Pi, M.Ked dari tim Helicobacter pylori and microbiota group Surabaya, juga dokter Camilia Metadea Aji Savitri yang merupakan tim penetili dar Jepang bersama Prof. Yoshio Yamaoka, MD.,Ph.D dari Oita University Jepang.
Selanjutnya, dokter Alida, SpPD, Ketua tim peneliti dari UNAIR bersama tim, Miss Meymey bersama tim dari China untuk pemeriksaan UBT (Urea Breath Test).
Selama melakukan penelitian, tim peneliti akan didampingi oleh dokter Rasco Sihombing, Sp.PD dari RSUD MGR. Gabriel Manek Atambua.
Drg. Ansila yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu ini menyampaikan terimakasih kepada Bupati Belu, dokter Agus Taolin, Sp.PD-KGEH, FINASIM yang telah berupaya mendatangkan tim peneliti ke Kabupaten Belu.
“Terimakasih kepada Bapak Bupati Belu dan Profesor Ari (Prof. DR, dr, H. Ari Fahrial Syam, red) yang telah merencanakan kegiatan ini sejak launching endoskopi setahun lalu. Prof. Ari bekerjasama dengan Prof Mifta dari Unair Surabaya dan Prof Yamaoka dari Jepang untuk melakukan penelitian ini,” jelas drg. Ansila.
Dikatakannnya, saat ini telah datang tim peneliti dari Unair yang diketuai oleh Dokter Alida, spesialis penyakit dalam bersama tim.
“Kemudian, beberapa hari ke depan akan datang prof Ari bersama prof Yamaoka dari Jepang untuk melihat jalannya penelitian dan memberikan kuliah serta seminar awam yang akan dilangsungkan di Atambua,” ungkapnya.
Mengenai alasan mengapa penelitian dilakukan di Atambua, Kabupaten Belu, dokter Ansila mengatakan, bahwa Indonesia khususnya Kabupaten Belu memiliki potensi yang tinggi terhadap kanker lambung dengan penyebabnya oleh kuman atau bakteri Helicobacter Pylori cukup tinggi.
“Jadi tim ini datang untuk meneliti keadaan di Kabupaten Belu dan mereka sangat mengapreiasi bahwa Pak Bupati memberikan kesempatan untuk mereka melakukan penelitian agar bisa mengetahui kondisi lambung dari masyarakat kabupaten belu untuk selanjutnya mencegah agar tidak sampai jatuh kepada kanker lambung yang lebih parah,” urai drg. Ansila.
Lebih lanjut drg Ansila mengatakan ada beberapa faktor resiko penyebab tingginya potensi kanker lambung adalah karena perilaku mengonsumsi minuman keras (miras), merokok dan tingkat konsumsi garam yang cukup tinggi.
“Itu semua akan diteliti dan hasilnya akan disampaikan serta dipublikasikan pada jurnal internasional. Nanti dokter Rasco membackup penuh kegiatan ini. Kami dari RSUD mendukung dan menyiapkan kebutuhan untuk penelitian ini. Kita saling melengkapi, ruangan, siapkan alat, bahan dan obat-obatan yang tidak mereka siapkan. Juga pemeriksaan laboratoriumnya kita siapkan,” papar drg. Ansila.
Ketua Tim Peneliti, Dokter Alida dari RS DR. Sutomo Surabaya pada kesempatan itu menjelaskan bahwa ini kali pertama dirinya bersama tim melakukan penelitian di Atambua setelah sebelumnya melakukan penelitian serupa di Medan, Makassar, Manado, Ambon, Papua dan Kupang.
“Dan berdasarkan data, indonesia timur ini kasusnya paling tinggi. Bupati dan Prof Ari telah menginisiasi kegiatan ini. Dan yang kami lakukan adalah endoskopi, teropong dari saluran cerna, mengambil jaringannya. Di sana akan terlihat bagaimana mukosa perut, dan kuman Helicobacter Pylori,” jelas dokter Alida.
Bupati Belu, dokter Agus Taolin pada kesempatan itu mengatakan penelitian ini bukanlah ajang percobaan tetapi sebuah aksi menyeluruh mulai dari pemeriksaan hingga pengobatan jika ditemukan adanya penyakit pada lambung pasien.
“Pasien yang kita periksa adalah pasien yang punya penyakit lambung. Dan kalau ketemu penyakitnya, langsung diobati saat itu juga. Kita mempersiapkannya, dan ini juga bukan sekadar screening.
Ini screening terhadap orang yang sementara sakit seperti Maag kronik, lambung luka, sendawa serta seluruh keluhan terkait gangguan di lambung.
Kita lakukan pemeriksaan untuk melihat adakah kuman yang menginfeksi lambung, mengambil jaringannya untuk diperiksa, dilihat berbagai macam hal yang berkaitan dengan lambung,” urainya.
Dikatakannya, bersama tim peneliti, semua proses dilakukan dengan menggunakan standar kerja tertinggi dan alat berstandar internasional.
“Kita kerjakan dengan standar tertinggi di sini sebagai pusat endoskopi saluran cerna di sini,” tambahnya.
Lebih lanjut Bupati Belu dokter Agus Taolin mengungkapkan bahwa proses akan terus dilakukan meski tim peneliti telah selesai melakukan penelitianya di Atambua.
“Nanti sudah jalan, kita akan bikin juga. Ini akan jalan terus, toh kita punya dokter, alatnya ada, semuanya ada di sini. Sampaikan kepada masyarakat di manapun, tidak usah kuatir.
Apalagi di Belu, datang periksa tidak bayar, tes kumannya dan itulah dampak positif yang kita nikmati hari ini. Jadi kalau tim ini pulang, tidak usah takut karena kita punya kompetensi untuk itu, kita punya seluruh pendukung untuk memeriksa dan mengobati,” ujarnya. (TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)