TIMORDAILYNEWS.COM – Pemkab Belu melalui Dinas Kesehatan bersama Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) menggelar Workshop Hasil Surveilans Terpadu.
Workshop ini digelar untuk Penguatan Terhadap Forum Puskesmas dan Puskeswan serta Tim kordinasi Daerah Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Kabupaten Belu dan berlangsung di Aula Hotel Setia Atambua, Senin (26/08/2024).
Penguatan terhadap Puskesmas dan Puskeswan perlu dilakukan karena merupakan garda terdepan fasilitas kesehatan untuk program pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons kedaruratan kesehatan, terutama penyakit infeksius seperti zoonosis.
Wakil Bupati Belu, Doktor Alo Haleserens mengatakan, tingginya persentase penyakit menular yang berasal dari hewan menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengendalian penyakit di populasi hewan.
“Kita tidak tahu kapan penyakit itu datang, sehingga kita perlu lakukan pencegahan dengan pendekatan One Health yang mempromosikan kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi lintas sektor. Pendekatan ini dapat membantu fasilitas kesehatan Puskesmas dan Puskeswan untuk mengatasi permasalahan zoonosis bersama-sama. Untuk itu kami sangat berterimakasih kepada Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) yang sudah memfasilitasi kegiatan ini,“ ungkapnya.
Ditambahkan Wabup Belu, hal yang menjadi kekhawatiran kita, sampai saat ini mengenai penyakit rabies maupun penyakit zoonosis lainnya.
“Kita bersyukur karena kegiatan ini bisa dilakukan sampai ke kecamatan dan desa. Kita berharap agar Puskesmas dan Puskeswan melakukan koordinasi serta kolaborasi untuk penanganan penyakit ini secara terpadu. Kemudian dilakukan vaksinasi secara berkala, sehingga resikonya lebih kecil,” jelas Wabup Belu
Wabup Haleserens menambahkan, pendekatan penyakit ini dapat membantu Puskesmas dan Puskeswan untuk mengatasi zoonosis secara bersama-sama di wilayah masing-masing. Sehingga Penguatan Tim Koordinasi Daerah (TIKOR) dan/atau forum komunikasi antara Puskesmas dan Puskeswan, khususnya di tingkat kecamatan urgen untuk dilakukan.
“Kegiatan penguatan forum komunikasi antara Puskesmas dan Puskeswan khususnya di tingkat kecamatan melalui Surveilans Terpadu telah dimulai dengan lokakarya awal. Kegiatan awal ini bertujuan untuk mengenalkan apa dan bagaimana surveilans terpadu dilaksanakan oleh Puskesmas dan Puskeswan. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke empat desa di Kecamatan Kota Atambua dan Kecamatan Tasifeto Timur,” ujar Wabup Belu.
Dalam pelaksanaan Surveilans Terpadu penyakit zoonosis oleh Puskesmas dan Puskeswan, telah dilakukan investigasi epidemiologi terhadap penyakit rabies. Hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan di dua kecamatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus gigitan anjing rabies.
“Korban gigitan anjing rabies rata-rata memiliki tipe luka kategori 1 dan 2. Namun ada juga yang memiliki tipe luka kategori 3. Setiap korban gigitan anjing rabies akan ditangani oleh Puskesmas dan gigitan HPR akan ditangani oleh Puskeswan. Penanganan korban gigitan kategori 1 dan 2 diberikan VAR oleh Puskesmas, sedangkan penanganan korban gigitan rabies kategori 3 diberikan SAR yang disertai dengan pemeriksaan sampel otak hewan penular rabies oleh laboratorium kesehatan hewan,” urainya. (*/TIMOR DAILY/TIMORDAILYNEWS.COM)