Proyek Sumur Bor Pemprov NTT Di Sidongkomang-Alor Timur Laut Terbengkalai
TIMORDAILY- Proyek air bersih dengan sistem pengeboran sumur yang dikelolah o!eh Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT di wilayah Sidongkomang, Desa Nailang, Kecamatan Alor Timur Laut (ATL), Kabupaten Alor terbengkalai.
Proyek dengan anggaran hampir mencapai Rp200 juta yang dikerjakan tahun 2023 pekerjaannya belum tuntas, sehingga masyarakat tidak menikmati kebutuhan air bersih.
Sejumlah tokoh masyarakat di wilayah Sidongkomang, yakni Darius Asamal, Mathias Asamau, dan Ambrosius Asako yang ditemui Wartawan diwilayah tersebut pada Sabtu (16/02/2024) mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pekerjaan proyek tersebut yang terbengkalai alias belum tuntas.
Pasalnya, masyarakat selama ini rindu akan kebutuhan air bersih, karena sepanjang ini masyarakat mengalami kesulitan air bersih. Masyarakat sepanjang ini memenuhi kebutuhan air bersih dari tadahan air hujan dan air dari jaringan perpipaan yang dibangun dari dana desa namun air tidak lancar mengalir.
Lebih apesnya lagi, masyarakat sangat kesal karena proyek itu berkat usulan usulan dari Pastor Paroki Gereja Katolik Sidongkomang dan masyarakat sekitar, namun sayangnya pelaksanaan proyek tersebut dilaksanakan dengan tidak penuh tanggung jawab.
Terkait dengan proyek air bersih itu, Darius yang diserahi tugas sebagai penghubung dengan pelaksana pekerjaan mengungkapkan, dirinya meski sebagai penghubung, namun tidak pernah ada komunikasi dengannya tentang pekerjaan tersebut.
Menurut Darius dan Ambrosius, pekerjaan proyek tersebut dimulai sekitar bulan Agustus tahun 2023 dengan kegiatan pengeboran sumur, pemasangan pompa air, pembangunan pangkuan untuk pelindung udara dari fiber, pemasangan jaringan pipa dan pembangunan tugu kran.
Awal pelaksanaan proyek ini, jelas Darius, berhasil dilakukan pengeboran sumur dengan kedalaman 60 meter berhasil mendapatkan udara. Kemudian dalam pekerjaan selanjutnya mulai terlihat ada masalah. Masalahnya karena pembangunan pangkuan pelindung (fiber) sangat rendah sehingga air tidak dapat naik ke tugu kran yang dibangun di halaman Pastoran (Gereja Katolik Bukapiting).
“Awalnya kami ragu saat bor di titik lokasi pertama karena tidak dapat air. Namun pada titik kedua kami gembira karena ketika bor dapat air. Pengeboran ini di lahan milik Ketua RW Ambrosius. Setelah dapat air pekerjaan dilanjutkan, namun karena bangun pangkuan fiber yang rendah akhirnya air Tidak bisa mengalir melalui jaringan perpipaan ke tugu kran. Masalah ini oleh pelaksana pekerjaan kemudian membongkar pipa karet yang di pasang, namun kemudian tidak dipasang kembali jaringan perpipaan, namun dilepas begitu saja hingga saat ini. Demikian pula satu tugu kran dari tiga tugu kran yang mau dibangun di tengah organisasi, juga belum terealisasi alias hanya baru bangun fondasi saja dan parahnya sampai sekarang dilepas begitu saja,” ungkap Darius.
Ketika ditanya tentang siapa pelaksana pekerjaan, Darius dan Mathias mengatakan mereka tidak mengetahui perusahaan dan pelaksana pekerjaan. “Pernah mereka memasang papan proyek, namun selang beberapa hari tidak ada papan proyek lagi. Kami sudah tidak ingat bertahan menambah nama perusahaannya maupun jumlah anggarannya.Tetapi anggarannya tidak salah melebihi Rp190-an juta,” Darius.
Darius pada kesempatan itu meminta pertanggungjawaban dari pihak pelaksana agar segera datang ke lokasi proyek untuk menyelesaikan proyek yang dimaksud.***